Minggu, 04 Agustus 2013

Thomas dan Viola : Wanita terlalu istimewa

Suatu ketika aku duduk di sampingmu yang tengah sibuk dengan hobby barumu fhotografi. Kau asik mengamati gambar-gambar yang baru saja kau ambil dengan kameramu itu.

"Thom." Renggekku mulai bosan.

Kau hanya menanggapiku dengan gumaman "hemm" tanpa menoleh. Aku menghela nafas, menopang dagu dengan sebelah tanganku, masih tetap memperhatikanmu.

"Apa perempuan itu harus lebih dulu mengungkapkan perasaannya jika menyukai seorang laki-laki?" Tanyaku to the point.

Akhirnya kau mengalihkan pandanganmu padaku, dan meninggalkan sejenak keasikkanmu itu. Kau menatapku heran dengan sebelah alismu yang terangkat.

"Kau menanyakan pendapatku... atau pendapat banyak orang?" Kau malah balik bertanya.

Aku terdiam sejenak.

"Eummmm dua-duanya.." Kataku disertai senyum.

Kini giliranmu yang terdiam sejenak, namun tak lama kembali menatapku.

"Jika menurut orang kebanyakan, dijaman sekarang ini wajar jika seorang perempuan mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Tapi bagiku tidak. Perempuan menjadi istimewa dengan semua rahasianya. Sebaik mungkin ia merahasiakan parasaannya, sebaik itu juga ia akan merahasiakan aib suaminya dan menjaga kehormatan suaminya kelak. Bagiku, perempuan terlalu istimewa untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan laki-laki itu." Jelasmu panjang lebar.

"Tapi... bagaimana dia tau kalau perempuan itu menyukainya jika tak diungkapkan? Sementara bisa jadi dia menunggu."

"Aku mengerti, selalu ada tapi disetiap pemahaman, selalu ada pendapat lain disetiap penjelasan.. dan itu yang terjadi padamu. Begini Violaku... Laki-laki itu adalah pemimpin, jika memimpin hatinya saja ia tak bisa, bagaimana ia memimpin keluarganya kelak?!. Jika perempuan yang menungkapkan perasaannya lebih dulu, lantas setelah itu apa? Mengajak laki-laki itu untuk menikah dengannya? Lalu bekerja untuk menafkahi suaminya juga?"

Aku menghela nafas mendengar penjelasanmu, belum dapat kutangkap semua apa maksud dari
perkataanmu itu. Kau tersenyum penuh arti, kini memandangku serius.

"La... laki-laki yang menunggu perempuan untuk mengungkapkan perasaannya lebih dulu itu namanya ia tak dapat memimpin hatinya. Sementara perempuan membutuhkan laki-laki yang tegas, agar dapat memimpin dirinya kelak. Dan seperti yang aku bilang tadi, jika memimpin hatinya saja ia tak bisa.. apalagi menjadi pemimpin keluarga?!"

Aku masih diam tak mengerti, akhirnya aku hanya bisa menunduk.

"Yang pasti, aku tak akan membiarkan kau mengungkapkan perasaanmu lebih dulu padaku. Sebab itulah istimewanya dirimu..." Ucapmu masih memandangku lekat, disertai dengan senyum tentunya.

Aku membalas senyumanmu, lalu kau mencubit pipiku gemas seraya berkata.

"Mengerti nona gigi kelinci?!?"

Aku makin tersenyum lebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar