Berawal dari denger lagu Afgan "Jodoh Pasti Bertemu" Seperti
kebiasaan gw yang entah buruk atau baik, otak gw mulai memunculkan
scene2 versi gw dari lagu tersebut. Padahal video klip aslinya gw kaga
tau yang mana. Ya karna pengen nulis, jadi tak tulis saja. Jadi mohon
maaf klo kurang berkenan :p
Warning: Baca sambil denger lagu afgan-nya. Bagi yg sudi baca itu juga #Hormat
a journey...
Disebuah
perpustakaan, seorang pria muda sibuk mencari buku yang diingininya.
Diantara rak-rak besar buku itu sang pria akhirnya menemukan buku yang
ia cari, saat mengambil buku itu, ternyata di sisi lain rak buku ada
seorang gadis di hadapannya yang sedang asik membaca, namun pria itu
tidak terlalu menaruh perhatian pada gadis itu, begitu pun sebaliknya.
Keduanya berlalu tanpa memperhatikan.
***
Sibuk dengan
buku-buku yang dibawanya, gadis itu tak memperhatikan jalan di depannya,
begitu pun pria yang masih sibuk mencari buku lain. Tak terhindarkan,
keduanya pun bertabrakan di salah satu lorong diantara rak-rak buku itu.
Buku-buku berhamburan dari tangan gadis itu. Pria itu pun membantu
membereskan buku-buku yang akan dipinjam gadis itu dari perpustakaan.
Selesai membereskan bukunya, gadis itu bangkit seraya meraih kunci
lokernya yang turut jatuh saat bertabrakan tadi. Gadis itu memohon diri
setelah berterima kasih, meninggalkan pria itu yang segera mengambil
kunci lokernya yang terlepas saat membantu membereskan buku-buku gadis
yang ditabraknya. Dan sudah dapat ditebak. Kunci loker mereka tertukar.
***
Di
ruang loker perpustakan, gadis itu bersandar pada loker yang bukan
miliknya, namun ia memiliki kunci loker itu. Masih memeluk buku-buku
supertebal-nya, gadis itu menunggu sang pemilik barang-barang yang ada
di loker itu. Pria yang tadi menabraknya menghampiri gadis itu,
menatapnya heran. Gadis itu menunjukan kunci loker digenggamannya, yang
juga tertera papan nomer loker yang ia sandari. Sang pria masih terlihat
agak bingung, mengeluarkan kunci loker yang ada di saku jaketnya, tak
lama ia tersenyum menyadari kunci yang digenggamnya bukan kunci loker
miliknya. Mereka pun segera menukar kunci itu, sambil terus
menyembunyikan senyum di bibir mereka.
***
Pertemuan
berikutnya kembali diantara tumpukan buku-buku, karena keduanya memang
menyukai hal tersebut. Kali ini disebuah toko buku. Mereka mengambil
buku yang sama, tentang broadcasting -Jurusan yang diambil kedua anak
muda itu- Pria itu memastikan penglihatannya, bahwa gadis yang ada di
hadapannya kini adalah gadis yang ia jumpai di perpustakaan waktu itu.
keduanya teringat saat-saat di perpustakaan, lantas tersenyum.
Pertemuan
kedua yang singkat itu bahkan tak dapat membuat keduanya mengetahui
nama satu sama lain. Namun yang pasti, keduanya memang akan datang ke
perpustakaan sebelum senja esok harinya. Tanpa janji, pria dan gadis itu
memutuskan bertemu esok sebelum senja.
***
Dari yang
terlihat, gadis itu menikmati saja bacaannya di salah satu kursi dalam
perpustakaan itu. Namun sebenarnya dibalik ketenangannya yang terlihat,
gadis itu mulai gelisah. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya
berkali-kali, sudah hampir senja dan pria itu belum juga datang.
Sementara
di salah satu sudut kota, pria itu, pria yang sedang ditunggu oleh
gadis di perpustakaan, tak bisa tenang di dalam bus yang tak bergerak
dari kemacetan. Akhirnya ia memutuskan untuk turun dan mulai berlari.
Masih sekitar satu setengah kilo meter lagi dari perpustakaan yang
dituju.
Namun senja telah habis, matahari sudah
sepenuhnya turun di kaki langit. Hari sudah gelap. Dengan nafas
terengah pria itu memasuki gedung perpustakan masih mencoba berlari,
sementara di pintu lain gadis itu keluar dengan wajah kecewa. Si pria
mulai mencari gadis yang ingin ditemuinya. Dari sudut satu ke sudut lain
perputakaan itu, namun yang ingin dijumpa tak terlihat di mana pun.
Pria itu menghentikan langkahnya, menghela nafas dan tertunduk lesu.
***
For one destiny...
Disebuah
sudut jalanan kota, kecelakaan besar menyita perhatian berbagai media
massa untuk meliputnya. Tak terkecuali gadis yang beberapa tahun lalu
masih sibuk membaca buku-buku di perpustakan. Kini ia sudah dapat
mempraktekan apa yang dulu ia baca dalam pekerjaannya. Gadis itu sudah
menjadi seorang reporter salah satu stasiun TV swasta. Diselang
istirahatnya menyampaikan berita terkini, seseorang yang juga mengenakan
seragam stasiun TV lain menyapanya dengan senyum. Gadis itu nampak
binggung mengamati pria di hadapannya, lalu pria itu memberi isyarat
mengingatkan gadis itu bahwa ia adalah pria yang ditemuinya di
perpustakaan beberapa tahun lalu, dengan insiden kunci loker yang
tertukar. Tawa gadis itu pecah mengingat kejadian saat itu, juga
senyumnya yang segera hilang ketika teringat ia seperti orang bodoh
menunggu pria yang kini di hadapannya waktu itu. Akhirnya gadis itu
hanya tersenyum simpul. Perjumpaan keduanya setelah beberapa tahun
disela oleh rekan pria sang gadis yang segera memintanya pergi sambil
menggandeng pergelangan tangan gadis itu. Diamatinya kepergian sang
gadis oleh si pria perpustakaan yang masih terdiam. Di sela-sela jari
manis sang gadis, pria perpustakaan melihat sebuah cincin melingkar di
jari manis sang gadis. Mungkinkah ia sudah menikah?
***
Suasana
lain, kali ini sebuah pesta pernikahan. Pria perpustakaan menghadiri
pesta pernikahan seorang rekan kerja wanita di stasiun TV. Ia tampak tak
begitu bersemangat menghadiri undangan itu, namun ia masih berusaha
untuk tersenyum saat berjumpa dengan teman-temannya. Pria itu berjalan
menuju pasangan pengantin baru untuk memberikannya selamat. Lagi-lagi
pria itu berusaha menajamkan pandangannya. Memastikan pria yang
bersanding dengan rekan kerjanya adalah pria yang dijumpainya bersama
gadis itu. Mungkinkah ia salah paham? Menyangka gadis itu telah menikah
dengan pria yang kini menjadi pengantin rekan kerjanya?!. Masih sibuk
mengamati dengan fikirannya yang bercabang, pria itu kini melihat gadis
perpustakaan yang tersenyum sumringah menghampiri kedua mempelai. Yang
tanpa sadar membawa langkahnya pada kedua mempelai juga. Gadis itu
terpaku melihat kehadiran si pria, yang segera dijelaskan oleh mempelai
wanita yang tak lain rekan kerjanya. Gadis itu pun tersenyum, masih
senyum yang sama seperti saat mereka bertemu di perpustakaan beberapa
tahun lalu. Pria itu pun mengambil kesempatan untuk bicara berdua dengan
gadis itu, menjelaskan kesalahpahamannya yang mengira gadis itu telah
menikah. Gadis itu kembali tertawa, menjelaskan bahwa cincin yang
dipakainya adalah pemberian orangtuanya. Selain itu ia juga menyatakan
bahwa datang sendiri ke pesta itu, yang secara tidak langsung menegaskan
bahwa ia belum memiliki kekasih atau semacamnya. Tentu saja pernyataan
itu membuat sang pria kegirangan, terlihat dari senyumnya yang enggan
pudar.
***
Di bangku taman, gadis itu duduk berteduhkan
pepohonan yang daunnya mulai gugur. Seseorang datang, menutup dan
mengambil buku yang sedang dibacanya. Gadis itu memandang sebal
seseorang yang mengganggu keasikannya membaca, yang tak lain adalah pria
itu. Bukannya mengembalikan buku sang gadis, pria itu malah meletakan
sebuah buku dongeng bergambar di tangan gadis itu, yang tentu saja
membuat gadis itu menatap heran. Pria itu tersenyum dan memberi isyarat
untuk membuka buku dongeng itu dan membacanya. Gadis itu menghela nafas
dan menuruti kehendak sang pria. Baru membaca judul yang tertera
disampul buku dongeng yang ada di tangannya, gadis itu sudah menyerngit
dan kembali memandang sang pria penuh tanda tanya. Namun pria tetap
memintanya untuk melanjutkan membaca.
"About a destiny"
Gadis
itu melewatkan sampul buku dan membuka halaman pertama. Tak ada narasi
dalam buku dongeng itu, hanya gambar animasi seperti pada buku dongeng
lain. Namun gambar animasi itu membuat gadis itu tertegun, meski tanpa
kata-kata yang menjelaskan. Gadis itu tahu betul bahwa buku dongeng di
tangannya menceritakan tentang mereka. Pertemuan seorang gadis dan
seorang pria di sebuah perpustakaan, ia dan pria yang kini di
sampingnya. Gadis itu masih terpaku melihat lembar demi lembar animasi
yang mengambarkan situasi ketika mereka bertemu, sampai pada sebuah
kata-kata di lembar berikutnya yang ia buka..
"Destiny is a journey..."
Ia kembali membuka lembar selanjutnya
"And my journey is you..."
Tiba pada lembar terakhir yang melengkapi buku dongeng itu, sekaligus membuat gadis itu sempurna terdiam.
"Will you marrie me?"
Dengan
sebuah cincin yang terikat di tali pembatas buku di lembar terakhir
dongeng tentang mereka. Gadis itu masih terdiam, meraih cincin itu dan
menggenggamnya. Kemudian ia beralih menatap pria itu dengan tatapan
datar. Setelah cukup lama menunggu dengan senyum yang tak dapat
dibendung, gadis itu mengulurkan cincin yang ia dapat dari buku dongeng
dan mengembalikan pada pria itu. Tentu saja itu melunturkan seluruh
senyum yang sejak tadi menghiasi wajah si pria. Pria itu mengambilnya
dari tangan si gadis, dan tertunduk lesu menggenggam cincin miliknya.
Namun perhatiannya tersita karena sang gadis mengulurkan tangan kirinya.
Memandang pria itu dengan senyum penuh makna, gadis itu memberi isyarat
agar si pria memasangkan cincin itu ke jari manisnya. Membuat si pria
kembali sumringah, memasangkan cincin itu tanpa ragu ke jari manis gadis
pujaan hatinya. And... you know? This story just for you...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar