Jumat, 15 November 2013

Jodoh Pasti Bertemu

Berawal dari denger lagu Afgan "Jodoh Pasti Bertemu" Seperti kebiasaan gw yang entah buruk atau baik, otak gw mulai memunculkan scene2 versi gw dari lagu tersebut. Padahal video klip aslinya gw kaga tau yang mana. Ya karna pengen nulis, jadi tak tulis saja. Jadi mohon maaf klo kurang berkenan :p

Warning: Baca sambil denger lagu afgan-nya. Bagi yg sudi baca itu juga #Hormat


a journey...

Disebuah perpustakaan, seorang pria muda sibuk mencari buku yang diingininya. Diantara rak-rak besar buku itu sang pria akhirnya menemukan buku yang ia cari, saat mengambil buku itu, ternyata di sisi lain rak buku ada seorang gadis di hadapannya yang sedang asik membaca, namun pria itu tidak terlalu menaruh perhatian pada gadis itu, begitu pun sebaliknya. Keduanya berlalu tanpa memperhatikan.

***

Sibuk dengan buku-buku yang dibawanya, gadis itu tak memperhatikan jalan di depannya, begitu pun pria yang masih sibuk mencari buku lain. Tak terhindarkan, keduanya pun bertabrakan di salah satu lorong diantara rak-rak buku itu. Buku-buku berhamburan dari tangan gadis itu. Pria itu pun membantu membereskan buku-buku yang akan dipinjam gadis itu dari perpustakaan. Selesai membereskan bukunya, gadis itu bangkit seraya meraih kunci lokernya yang turut jatuh saat bertabrakan tadi. Gadis itu memohon diri setelah berterima kasih, meninggalkan pria itu yang segera mengambil kunci lokernya yang terlepas saat membantu membereskan buku-buku gadis yang ditabraknya. Dan sudah dapat ditebak. Kunci loker mereka tertukar.

***

Di ruang loker perpustakan, gadis itu bersandar pada loker yang bukan miliknya, namun ia memiliki kunci loker itu. Masih memeluk buku-buku supertebal-nya, gadis itu menunggu sang pemilik barang-barang yang ada di loker itu. Pria yang tadi menabraknya menghampiri gadis itu, menatapnya heran. Gadis itu menunjukan kunci loker digenggamannya, yang juga tertera papan nomer loker yang ia sandari. Sang pria masih terlihat agak bingung, mengeluarkan kunci loker yang ada di saku jaketnya, tak lama ia tersenyum menyadari kunci yang digenggamnya bukan kunci loker miliknya. Mereka pun segera menukar kunci itu, sambil terus menyembunyikan senyum di bibir mereka.

***

Pertemuan berikutnya kembali diantara tumpukan buku-buku, karena keduanya memang menyukai hal tersebut. Kali ini disebuah toko buku. Mereka mengambil buku yang sama, tentang broadcasting -Jurusan yang diambil kedua anak muda itu- Pria itu memastikan penglihatannya, bahwa gadis yang ada di hadapannya kini adalah gadis yang ia jumpai di perpustakaan waktu itu. keduanya teringat saat-saat di perpustakaan, lantas tersenyum.

Pertemuan kedua yang singkat itu bahkan tak dapat membuat keduanya mengetahui nama satu sama lain. Namun yang pasti, keduanya memang akan datang ke perpustakaan sebelum senja esok harinya. Tanpa janji, pria dan gadis itu memutuskan bertemu esok sebelum senja.

***

Dari yang terlihat, gadis itu menikmati saja bacaannya di salah satu kursi dalam perpustakaan itu. Namun sebenarnya dibalik ketenangannya yang terlihat, gadis itu mulai gelisah. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya berkali-kali, sudah hampir senja dan pria itu belum juga datang.

Sementara di salah satu sudut kota, pria itu, pria yang sedang ditunggu oleh gadis di perpustakaan, tak bisa tenang di dalam bus yang tak bergerak dari kemacetan. Akhirnya ia memutuskan untuk turun dan mulai berlari. Masih sekitar satu setengah kilo meter lagi dari perpustakaan yang dituju.


Namun senja telah habis, matahari sudah sepenuhnya turun di kaki langit. Hari sudah gelap. Dengan nafas terengah pria itu memasuki gedung perpustakan masih mencoba berlari, sementara di pintu lain gadis itu keluar dengan wajah kecewa. Si pria mulai mencari gadis yang ingin ditemuinya. Dari sudut satu ke sudut lain perputakaan itu, namun yang ingin dijumpa tak terlihat di mana pun. Pria itu menghentikan langkahnya, menghela nafas dan tertunduk lesu.

***

For one destiny...

Disebuah sudut jalanan kota, kecelakaan besar menyita perhatian berbagai media massa untuk meliputnya. Tak terkecuali gadis yang beberapa tahun lalu masih sibuk membaca buku-buku di perpustakan. Kini ia sudah dapat mempraktekan apa yang dulu ia baca dalam pekerjaannya. Gadis itu sudah menjadi seorang reporter salah satu stasiun TV swasta. Diselang istirahatnya menyampaikan berita terkini, seseorang yang juga mengenakan seragam stasiun TV lain menyapanya dengan senyum. Gadis itu nampak binggung mengamati pria di hadapannya, lalu pria itu memberi isyarat mengingatkan gadis itu bahwa ia adalah pria yang ditemuinya di perpustakaan beberapa tahun lalu, dengan insiden kunci loker yang tertukar. Tawa gadis itu pecah mengingat kejadian saat itu, juga senyumnya yang segera hilang ketika teringat ia seperti orang bodoh menunggu pria yang kini di hadapannya waktu itu. Akhirnya gadis itu hanya tersenyum simpul. Perjumpaan keduanya setelah beberapa tahun disela oleh rekan pria sang gadis yang segera memintanya pergi sambil menggandeng pergelangan tangan gadis itu. Diamatinya kepergian sang gadis oleh si pria perpustakaan yang masih terdiam. Di sela-sela jari manis sang gadis, pria perpustakaan melihat sebuah cincin melingkar di jari manis sang gadis. Mungkinkah ia sudah menikah?

***

Suasana lain, kali ini sebuah pesta pernikahan. Pria perpustakaan menghadiri pesta pernikahan seorang rekan kerja wanita di stasiun TV. Ia tampak tak begitu bersemangat menghadiri undangan itu, namun ia masih berusaha untuk tersenyum saat berjumpa dengan teman-temannya. Pria itu berjalan menuju pasangan pengantin baru untuk memberikannya selamat. Lagi-lagi pria itu berusaha menajamkan pandangannya. Memastikan pria yang bersanding dengan rekan kerjanya adalah pria yang dijumpainya bersama gadis itu. Mungkinkah ia salah paham? Menyangka gadis itu telah menikah dengan pria yang kini menjadi pengantin rekan kerjanya?!. Masih sibuk mengamati dengan fikirannya yang bercabang, pria itu kini melihat gadis perpustakaan yang tersenyum sumringah menghampiri kedua mempelai. Yang tanpa sadar membawa langkahnya pada kedua mempelai juga. Gadis itu terpaku melihat kehadiran si pria, yang segera dijelaskan oleh mempelai wanita yang tak lain rekan kerjanya. Gadis itu pun tersenyum, masih senyum yang sama seperti saat mereka bertemu di perpustakaan beberapa tahun lalu. Pria itu pun mengambil kesempatan untuk bicara berdua dengan gadis itu, menjelaskan kesalahpahamannya yang mengira gadis itu telah menikah. Gadis itu kembali tertawa, menjelaskan bahwa cincin yang dipakainya adalah pemberian orangtuanya. Selain itu ia juga menyatakan bahwa datang sendiri ke pesta itu, yang secara tidak langsung menegaskan bahwa ia belum memiliki kekasih atau semacamnya. Tentu saja pernyataan itu membuat sang pria kegirangan, terlihat dari senyumnya yang enggan pudar.

***

Di bangku taman, gadis itu duduk berteduhkan pepohonan yang daunnya mulai gugur. Seseorang datang, menutup dan mengambil buku yang sedang dibacanya. Gadis itu memandang sebal seseorang yang mengganggu keasikannya membaca, yang tak lain adalah pria itu. Bukannya mengembalikan buku sang gadis, pria itu malah meletakan sebuah buku dongeng bergambar di tangan gadis itu, yang tentu saja membuat gadis itu menatap heran. Pria itu tersenyum dan memberi isyarat untuk membuka buku dongeng itu dan membacanya. Gadis itu menghela nafas dan menuruti kehendak sang pria. Baru membaca judul yang tertera disampul buku dongeng yang ada di tangannya, gadis itu sudah menyerngit dan kembali memandang sang pria penuh tanda tanya. Namun pria tetap memintanya untuk melanjutkan membaca.

"About a destiny"

Gadis itu melewatkan sampul buku dan membuka halaman pertama. Tak ada narasi dalam buku dongeng itu, hanya gambar animasi seperti pada buku dongeng lain. Namun gambar animasi itu membuat gadis itu tertegun, meski tanpa kata-kata yang menjelaskan. Gadis itu tahu betul bahwa buku dongeng di tangannya menceritakan tentang mereka. Pertemuan seorang gadis dan seorang pria di sebuah perpustakaan, ia dan pria yang kini di sampingnya. Gadis itu masih terpaku melihat lembar demi lembar animasi yang mengambarkan situasi ketika mereka bertemu, sampai pada sebuah kata-kata di lembar berikutnya yang ia buka..

"Destiny is a journey..."

Ia kembali membuka lembar selanjutnya

"And my journey is you..."

Tiba pada lembar terakhir yang melengkapi buku dongeng itu, sekaligus membuat gadis itu sempurna terdiam.

"Will you marrie me?"

Dengan sebuah cincin yang terikat di tali pembatas buku di lembar terakhir dongeng tentang mereka. Gadis itu masih terdiam, meraih cincin itu dan menggenggamnya. Kemudian ia beralih menatap pria itu dengan tatapan datar. Setelah cukup lama menunggu dengan senyum yang tak dapat dibendung, gadis itu mengulurkan cincin yang ia dapat dari buku dongeng dan mengembalikan pada pria itu. Tentu saja itu melunturkan seluruh senyum yang sejak tadi menghiasi wajah si pria. Pria itu mengambilnya dari tangan si gadis, dan tertunduk lesu menggenggam cincin miliknya. Namun perhatiannya tersita karena sang gadis mengulurkan tangan kirinya. Memandang pria itu dengan senyum penuh makna, gadis itu memberi isyarat agar si pria memasangkan cincin itu ke jari manisnya. Membuat si pria kembali sumringah, memasangkan cincin itu tanpa ragu ke jari manis gadis pujaan hatinya. And... you know? This story just for you...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar